A. Sejarah Perkembangan Produktivitas
Kata produktivitas
merupakan suatu kata yang sering dibicarakan disetiap permasalahan baik
dibidang perindustriaan, penbankkan, pendidikan, hiburan ataupun pertanian.
Pertama kali secara formal kata “ produktivitas “ ditemukan artikel milik Quesnay pada tahun 1766. Lalu pada tahun 1883, Littre mendefinisikan produktivitas sebagai kemampuan untuk berproduksi. Dan pada tahun 1950, sebuah organisasi yaitu Organization For European Cooperation (OEEC) mengusulkan definisi formal untuk produktivitas, yaitu : hasil bagi yang diperoleh dengan membagi keluaran (output) dengan salah satu dari faktor-faktor produksi.
Kendrick and Creamer (1965) : definisi fungsional dari produktivitas total parsial dan total faktor.
Sumanth (1976) : produktivitas total merupakan rasio dari keluaran nyata dengan masukan nyata.
Pada tahun 1980 pengertian produktifitas sudah berkembang secara beragam, yaitu :
1. R.Saint-Paul (Asian Producticity Congress, 1980). Definisi produktivitas secara sederhana, yaitu : hubungan antara kualitas yang dihasilkan dengan jumlah kerja yang dilakukan untuk mencapainya.
2. Productivity Improvement Handbook (George J.Washnis, john wiley & Sons, 1981). Suatu pendapat menyatakan produktivitas mencakup dua konsep dasar, yaitu daya guna (efisiensi) dan hasil guna (efektifitas). Efisiensi mengambarkan tingkat sumber-sumber manusia, dana dan alam yang digunakan untuk hasil tertentu dan efektivitas mengabarkan akibat yang terjadi.
3. Managemen Handbook (Paul mali, Jonh Wiley & Sons. 1981). Untuk menentukan produktivitas, seseorang harus empersoalkan dua hal, yaitu : apakah hasil yang diingikan tercapai ? dan sumber-sumber apa yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut ?
Sehingga dapat disimpulkan bahwa produktifitas adalah segala keluaran/ hasil yang didapat dengan membandingkan segala sumber daya yang dipakai untuk menghasilkan keluaran.
Pertama kali secara formal kata “ produktivitas “ ditemukan artikel milik Quesnay pada tahun 1766. Lalu pada tahun 1883, Littre mendefinisikan produktivitas sebagai kemampuan untuk berproduksi. Dan pada tahun 1950, sebuah organisasi yaitu Organization For European Cooperation (OEEC) mengusulkan definisi formal untuk produktivitas, yaitu : hasil bagi yang diperoleh dengan membagi keluaran (output) dengan salah satu dari faktor-faktor produksi.
Kendrick and Creamer (1965) : definisi fungsional dari produktivitas total parsial dan total faktor.
Sumanth (1976) : produktivitas total merupakan rasio dari keluaran nyata dengan masukan nyata.
Pada tahun 1980 pengertian produktifitas sudah berkembang secara beragam, yaitu :
1. R.Saint-Paul (Asian Producticity Congress, 1980). Definisi produktivitas secara sederhana, yaitu : hubungan antara kualitas yang dihasilkan dengan jumlah kerja yang dilakukan untuk mencapainya.
2. Productivity Improvement Handbook (George J.Washnis, john wiley & Sons, 1981). Suatu pendapat menyatakan produktivitas mencakup dua konsep dasar, yaitu daya guna (efisiensi) dan hasil guna (efektifitas). Efisiensi mengambarkan tingkat sumber-sumber manusia, dana dan alam yang digunakan untuk hasil tertentu dan efektivitas mengabarkan akibat yang terjadi.
3. Managemen Handbook (Paul mali, Jonh Wiley & Sons. 1981). Untuk menentukan produktivitas, seseorang harus empersoalkan dua hal, yaitu : apakah hasil yang diingikan tercapai ? dan sumber-sumber apa yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut ?
Sehingga dapat disimpulkan bahwa produktifitas adalah segala keluaran/ hasil yang didapat dengan membandingkan segala sumber daya yang dipakai untuk menghasilkan keluaran.
B.
Pengertian Produktivitas dan Produktivitas Tenaga
Kerja
Produktivitas merupakan suatu istilah
yang sering digunakan dalam perencanaan pengembangan industri pada khususnya
dan perencanaan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Sedangkan
pengertian produktivitas dapat dilihat dari dua dimensi. Yaitu dimensi individu
dan dimensi keorganisasian. Dimensi individu melihat produktivitas dalam
kaitannya dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul
dalam bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya
individu yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya.
Sedangkan dimensi keorganisasian melihat produktivitas dalam kerangka hubungan
teknis antara masukan (input) dan keluaran (output). Oleh karena itu dalam
pandangan ini , terjadinya tingkat produktivitas tidak hanya dilihat dari aspek
kuantitas tetapi juga aspek kualitas baik dari produknya maupun dari tenaga
kerja yang memproduksi.
Selain itu, produktivitas dapat juga
didefinisikan sebagai suatu konsep universal yang menciptakan lebih banyak
barang dan jasa bagi kehidupan manusia dengan menggunakan sumber daya yang
terbatas. Menurut Manuaba (1992) peningkatan produktivitas dapat dicapai
dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam memanfaatkan
sumber daya manusia (do the right thing) dan meningkatkan keluaran sebesar-besarnya
(do the thing right). Dengan kata lain bahwa produktivitas merupakan
pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektivitas kerja secara total (Tarwaka,
Bakri, dan Sudiajeng, 2004, p.138).
Produktivitas tenaga kerja merupakan
salah satu ukuran perusahaan dalam mencapai tujuannya. Karena, sumber daya
manusia merupakan elemen strategik dalam organisasi yang harus diakui dan
diterima oleh perusahaan. Tanpa adanya sumber daya manusia, maka perusahaan
tidak dapat memproduksi barang atau jasa yang dihasilkan. Tetapi, sumber daya
manusia atau tenaga kerja juga harus dilihat dari beberapa aspek seperti
tingkat pendidikan tenaga kerja, skill atau keterampilan sehingga tenaga kerja
yang ada merupakan tenaga kerja yang tidak hanya produktif tetapi juga
berkualitas dan sesuai dengan kriteria atau harapan dari perusahaan yang
membutuhkan.
C. Konsep Produktivitas
Peningkatan
produktivitas dan efisiensi merupakan sumber pertumbuhan utama untuk mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan. Sebaliknya, pertumbuhan yang tinggi dan
berkelanjutan juga merupakan unsur penting dalam menjaga kesinambungan
peningkatan produktivitas jangka panjang. Dengan demikian, pertumbuhan dan
produktivitas bukan dua hal yang terpisah atau memiliki hubungan satu arah,
melainkan keduanya adalah saling tergantung dengan pola hubungan yang dinamis,
tidak mekanistik, non linear dan kompleks.Secara makro, sumber pertumbuhan
dapat dikelompokkan kedalam unsur berikut:.Pertama, peningkatan stok
modal sebagai hasil akumulasi dari proses pembangunan yang terus berlangsung.
Proses akumulasi ini merupakan hasil dari proses investasi.Kedua, peningkatan
jumlah tenaga kerja juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.Ketiga, peningkatan
produktivitas merupakan sumber pertumbuhan yang bukan disebabkan oleh
peningkatan penggunaan jumlah dari input atau sumber daya, melainkan disebabkan
oleh peningkatan kualitasnya. Dengan jumlah tenaga kerja dan modal yang sama,
pertumbuhan output akan meningkat lebih cepat apabila kualitas dari kedua
sumber daya tersebut meningkat.Walaupun secara teoritis faktor produksi dapat
dirinci, pengukuran kontribusinya terhadap output dari suatu proses produksi
sering dihadapkan pada berbagai kesulitan. Disamping itu, kedudukan manusia,
baik sebagai tenaga kerja kasar maupun sebagai manajer, dari suatu aktivitas
produksi tentunya juga tidak sama dengan mesin atau alat produksi lainnya.
Seperti diketahui bahwa output dari setiap aktivitas ekonomi tergantung pada
manusia yang melaksanakan aktivitas tersebut, maka sumber daya manusia
merupakan sumber daya utama dalam pembangunan. Sejalan dengan fenomena ini,
konsep produktivitas yang dimaksud adalah produktivitas tenaga kerja. Tentu
saja, produktivitas tenaga kerja ini dipengaruhi, dikondisikan atau bahkan
ditentukan oleh ketersediaan faktor produksi komplementernya seperti alat dan
mesin. Namun demikian konsep produktivitas adalah mengacu pada konsep
produktivitas sumber daya manusia.Secara umum konsep produktivitas adalah suatu
perbandingan antara keluaran (out put) dan masukan (input) persatuan waktu.
Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila:1. Jumlah produksi/keluaran
meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya yang sama.2. Jumlah
produksi/keluaran sama atau meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya lebih
kecil dan,3. Produksi/keluaran meningkat diperoleh dengan penambahan sumber
daya yang relatif kecil (soeripto, 1989; Chew, 1991 dan pheasant, 1991).
Konsep
tersebut tentunya dapat dipakai didalam menghitung produktivitas disemua sektor
kegiatan. Menurut Manuaba (1992a) peningkatan produktivitas dapat dicapai
dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam memanfaatkan
sumber daya manusia (do the right thing) dan meningkatkan keluaran
sebesar-besarnya (do the thing right). Dengan kata lain bahwa produktivitas
merupakan pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektifitas kerja secara
total.
Konsep produktivitas kerja dapat dilihat dari
dua dimensi, yaitu dimensi individu dan dimensi organisasian. Dimensi individu
melihat produktivitas dalam kaitannya dengan karakteristik-karakteristik
kepribadian individu yang muncul dalam bentuk sikap mental dan mengandung makna
keinginan dan upaya individu yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas
kehidupannya. Sedangkan dimensi keorganisasian melihat produktivitas dalam
kerangka hubungan teknis antara masukan (input) dan keluaran (out put). Oleh
karena itu dalam pandangan ini, terjadinya peningkatan produktivitas tidak
hanya dilihat dari aspek kuantitas, tetapi juga dapat dilihat dari aspek
kualitas.
Kedua pengerian produktivitas
tersebut mengandung cara atau metode pengukuran tertentu yang secara praktek
sukar dilakukan. Kesulitan-kesulitan itu dikarenakan, pertama
karakteristik-karakteristik kepribadian individu bersifat kompleks, sedangkan
yang kedua disebabkan masukan-masukan sumber daya bermacam-macam dan dalam
proporsi yang berbeda-beda.
Produktivitas kerja sebagai
salah satu orientasi manajemen dewasa ini, keberadaannya dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap produktivitas pada
dasarnya dapat diklasifikasikan kedalam dua jenis, yaitu pertama faktor-faktor
yang berpengaruh secara langsung, dan kedua faktor-faktor yang berpengaruh
secara tidak langsung.
D.
Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Tenaga kerja atau pegawai adalah manusia yang merupakan faktor produksi
yang dinamis memiliki kemampuan berpikir dan motivasi
kerja, apabila pihak
manajemen perusahaan mampu meningkatkan motivasi mereka, maka produktivitas
kerja akan meningkat. Ada pun faktor- faktor yang mempengaruhi produktivitas
yaitu:
a.Kemampuan
adalah kecakapan yang dimiliki berdasarkan pengetahuan, lingkungan kerja yang menyenangkan akan menambah
kemampuan tenaga kerja.Perencanaan tenaga kerja merupakan bagian integral dari
perencanaan pembangunan. Rencana pembangunan memuat berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan di seluruh sektor atau sub sektor. Setiap kegiatan yang akan
dilaksanakan membutuhkan tenaga kerja yang sesuai. Perencanaan tenaga kerja
memuat perkiraan permintaan atau kebutuhan dan penawaran atau penyediaan tenaga
kerja, serta kebijakan maupun program ketenagakerjaan yang diperlukan dalam rangka
menunjang keberhasilan pelaksanaan pembangunan.
Perencanaan tenaga kerja dapat
dilakukan pada tahap perusahaan, lembaga pemerintah atau unit organisasi swasta
lainnya. Perencanaan tenaga kerja seperti ini disebut perencanaan tenaga kerja
mikro. Pemerintah biasanya juga membuat perencanaan tenaga kerja dalam cakupan
wilayah tertentu maupun secara nasional. Jenis perencanaan tenaga kerja seperti
itu dikenal sebagai perencanaan tenaga kerja makro, nasional atau perencanaan
tenaga kerja regional.
Sistem perencanaan tenaga
kerja menunjukkan kedudukan perencanaan tenaga kerja dalam kerangka perencanaan
pembangunan secara keseluruhan. Perencanaan pembangunan yang disertai dengan
data-data kependudukan dan informasi pasar kerja merupakan masukan utama dalam
penyusunan perencanaan tenaga kerja. Hasil perencanaan tenaga kerja adalah
berupa rencana tenaga kerja.
Dalam sistem perencanaan
pembangunan yang melihat perencanaan tenaga kerja sebagai bagian integral dari
perencanaan pembangunan, maka proses perencanaan tenaga kerja akan melibatkan
instansi. Proses perencanaan tenaga kerja itu sendiri menunjukkan
langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam pelaksanaan perencanaan tenaga kerja.
b. Sikap
Sesuatu yang menyangkut perangai tenaga kerja yang banyak dihubungkan dengan
moral, semangat kerja yang akan menghasilkan kepuasaan kerja . Kepuasan kerja
secara umum menyangkut sikap seseorang mengenai pekerjaannya. Karena menyangkut
sikap, pengertian kepuasan kerja mencakup berbagai hal seperti kondisi dan
kecenderungan perilaku seseorang. Kepuasankepuasan itu tidak tampak serta
nyata, tetapi dapat diwujudkan dalam suatu hasil pekerjaan. Salah satu masalah
yang sangat penting dalam bidang psikologi industry adalah mendorong karyawan
untuk bekerja dengan lebih produktif. Untuk itu, perlu diperhatikan agar
karyawan sebagai penunjang terciptanya produktivitas kerja dalam bekerja
senantiasa disertai dengan perasaan senang dan tidak terpaksa sehingga akan
tercipta kepuasan kerja para karyawan. Kepuasan kerja akan berbeda pada masingmasing
individu. Sangat sulit untuk mengetahui ciri-ciri kepuasan dari masing-masing
individu. Namun demikian, cerminan dari kepuasan kerja itu dapat diketahui.
Untuk mengetahui tentang pengertian kepuasan kerja ada beberapa pendapat
sebagaimana hasil penelitian Herzberg, bahwa faktor yang mendatangkan kepuasan
adalah prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggungjawab, dan kemajuan
(Armstrong, 1994: 71). Pendapat lain menyatakan kepuasan kerja (job
salisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan di mana para karyawan memandang pekerjaan mereka (Handoko,
2001:193). Sedangkan Wexley dan Yulk (1977) yang disebut kepuasan kerja ialah
perasaan seseorangterhadap pekerjaan.
Kepuasan kerja berhubungan erta dengan faktor sikap. Seperti dikemukakan
oleh Tiffin (1964) kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan
terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dengan
sesama karyawan (dalam As'ad, 2003: 104). Sejalan dengan itu, Martoyo (2000:142)
kepuasan kerja (job salisfaction) adalah keadaan emosional karyawan di mana
terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan
dari perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang
diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan. Balas jasa kerja karyawan ini, baik
yang berupa finansial maupun yang nonfinansial.
Kepuasan kerja merupakan persoalan umum pada setiap unit kerja, baik itu
berhubungan motivasi, kesetiaan ataupun ketenangan bekerja, dan disiplin kerja.
Menurut Hulin (1966) gaji merupakan faktor utama untuk mencapai kepuasan kerja.
Pendapat ini tidak seluruhnya salah sebab dengan mendapatkan gaji ia akan dapat
melangsungkan kehidupannya sehari-hari. Tetapi kenyataannya gaji yang tinggi
tidak selalu menjadi faktor utama unluk mencapai kepuasan kerja. Kenyataan lain
banyak perusahaan telah memberikan gaji yang cukup tinggi, tetapi masih banyak
karyawan yang merasa tidak puas dan tidak senang dengan pekerjaannya. Gaji
hanya memberikan kepuasan sementara karena kepuasan terhadap gaji sangat
dipengaruhi oleh kebutuhan dan nilai orang yang bersangkutan (As'ad, 2003:113).
Menurut Blum menyatakan faktor-faktor yang memberikan kepuasan kerja
adalah: (a) faktor individual, meliputi: umur, kesehatan, watak dan harapan;
(b) factor sosial, meliputi: hubungan kekeluargaan, pandangan masyarakat,
kesempatan berekreasi, kegiatan perserikatan pekerja, kebebasan berpolitik, dan
hubungan kemasyarakatan; (c) faktor utama dalam pekerjaan, meliputi: upah,
pengawasan ketentraman kerja, kondisi kerja, dan kesempatan untuk maju. Selain
itu, juga penghargaan terhadap kecakapan, hubungan sosial di dalam pekerjaan,
kelepatan dalam menyelesaikan konflik antar manusia, perasaan diperlakukan
adil. baik yang menyangkut pribadi maupun tugas (dalam As'ad, 2003:114). Ahli
lain, Ghiselli dan Brown mengemukakan lima faktor yang menimbulkan kepuasan
(dalam As'ad, 2003:112-113) yaitu: pertama, kedudukan (posisi), umumnya ada
anggapan bahwa orang yang bekerja pada pekerjaan yang lebih tinggi akan lebih
puas daripada bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, perubahan tingkat
pekerjaanlah yang mempengaruhi kepuasan kerja. Kedua, pangkat (golongan), pada
pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat (golongan) sehingga pekerjaan
tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang melakukannya. Apabila
ada kenaikan upah, maka sedikit banyaknya akan dianggap sebagai kenaikan
pangkat dan kebanggaan terhadap kedudukan yang baru itu akan merubah perilaku
dan perasaan. Ketiga, umur dinyatakan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja
dengan umur karyawan. Umur antara 25 sampai 34 tahun dan umur 40 sampai 45
tahun adalah merupakan umur-umur yang bias menimbulkan perasaan kurang puas terhadap
pekerjaan. Keempat, jaminan financial dan jaminan sosial. Masalah finansial dan
jaminan sosial kebanyakan berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Kelima, mutu
pengawasan, hubungan antara karyawan dengan pihak pimpinan sangat penting
dalani arti menaikkan produktivitas kerja. Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan
melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan sehingga
karyawan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang penting dari
oiganisasi kerja (sense of belonging).
faktor ini menyangkut fasilitas dan keadaan dimana semua karyawan dapat
bekerja dengan tenang serta sistim kompensasi yang ada.pertama, perbaikan terus
menerus, yaitu upaya meningkatkan produktivitas kerja salah satu
implementasinya ialah bahwa seluruh komponen harus melakukan perbaikan secara
terus-menerus. Pandangan ini bukan hanya merupakan salah satu kiat tetapi
merupakan salah satu etos kerja yang penting sebagai bagian dari filsafat
manajemen mutakhir. Suatu organisasi dituntut secara terus-menerus untuk
melakukan perubahan-perubahan, baik secara internal maupun eksternal. Perubahan
internal contohnya, yaitu: (a) perubahan strategi organisasi; (b) perubahan
kebijakan tentang produk; (c) perubahan pemanfaatan teknologi; (d) perubahan
dalam praktek-praktek sumber daya manusia sebagai akibat diterbitkannya
perundang-undangan baru oleh pemerintah. Perubahan eksternal, meliputi: (a)
perubahan yang terjadi dengan lambat atau evolusioner dan bersifat acak; (b)
perubahan yang tinggi secara berlahan tetapi berkelompok; (c) perubahan yang
terjadi dengan cepat karena dampak tindakan suatu organisasi yang dominan
peranannya di masyarakat; dan (d) perubahan yang terjadi cepat, menyeluruh dan
kontinyu.Kedua, peningkatan mutu hasil pekerjaan. Peningkatan mutu hasil pekerjaan
dilaksanakan oleh semua komponen dalam organisasi. Bagi manajemen, misalnya,
perumusan strategi, penentuan kebijakan, dan proses pengambilan keputusan. Yang
tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan kegiatan organisasi yaitu mutu
laporan, mutu dokumen, mutu penyelenggaraan rapat, dan lain-lain.Ketiga,
pemberdayaan sumberdaya manusia. Memberdayakan sumberdaya manusia mengandung
kiat untuk: (a) mengakui harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang
mulia, mempunyai harga diri, daya nalar, memiliki kebebasan memilih, akal,
perasaan, dan berbagai kebutuhan yang beraneka ragam; (b) manusia mempunyai
hak-hak yang asasi dan tidak ada manusia lain (termasuk manajemen) yang
dibenarkan melanggar hak tersebut. Hak-hak tersebut yaitu hak menyatakan
pendapat, hak berserikat, hak memperoleh pekerjaan yang layak, hak memperoleh
imbalan yang wajar dan hak mendapat perlindungan; (c) penerapan gaya manajemen
yang partisipasif melalui proses berdemokrasi dalam kehidupan berorganisasi.
Dalam hal ini pimpinan mengikutsertakan para anggota organisasi dalam proses
pengambilan keputusan.Keempat, kondisi fisik tempat bekerja yang
menyenangkan.Kondisi fisik tempat kerja yang menyenangkan memberikan kontribusi
nyata dalam peningkatan produktivitas kerja, antara lain: (a) ventilasi yang
baik; (b) penerangan yang cukup; (c) tata ruang rapi dan perabot tersusun baik;
(d) lingkungan kerja yang bersih; dan (e) lingkungan kerja vang bebas dari
polusi udara.Kelima, umpan balik. Pelaksanaan tugas dan karier karyawan tidak
dapat dipisahkan dari penciptaan, pemeliharaan, dan penerapan sistem umpan
balik yang objektif, rasional, baku, dan validitas yang tinggi. Objektif dalam
arti didasarkan pada norma-norma yang telah disepakati bukan atas dasar emosi,
senang atau tidak senang pada seseorang. rasional dalam arti dapat diterima
oleh akal sehat. Jika seseorang harus dikenakan sangsi disiplin, status
berat-ringannya disesuaikan dengan jenis pelanggarannya. Validitas yang tinggi,
dalam arti siapapun yang melakukan penilaian atas kinerja karyawan didasarkan
pada tolok ukur yang menjadi ketentuan.
d. Motivasi
setiap tenaga kerja perlu diberikan motivasi dalam usaha meningkatkanproduktivitas. Motivasi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau
tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu, atau
usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tertentu
bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya
atau mendapat kepuasan atas perbuatannya. Supardi dan Anwar (2004:47)
mengatakan motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu guna mencapai
tujuan. Motivasi yang ada pada sescorang akan mewujudkan suatu perilaku yang
diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. Jadi, motivasi bukanlah yang
dapat diamati tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu
perilaku yang tampak.
Siagian (2002:255), menyatakan bahwa yang diinginkan seseorang dari
pekerjaannya pada umumnya adalah sesuatu yang mempunyai arti penting bagi
dirinya sendiri dan bagi instansi. Menurut Heidjachman dan Husnan (2003:197),
motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan
sesuatu yang kita inginkan. Untuk membangun produktivitas dan motivasi pekerja
ada dua hal yang harus dilakukan: pertama, carilah pembayaran pekerjaan
individual seseorang; dan kedua, bantu mereka mencapai pembayaran untuk setiap
tugas tambahan yang diberikan sehingga baik kebutuhan instansi maupun individu
tercapai (Timpe, 1999: 61).
Menurut Hasibuan (2003:92) motivasi berasal dari kata latin movere yang
berarti ‘dorongan atau daya penggerak’. Motivasi ini hanya diberikan kepada
manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut. Motivasi penting karena
dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan
antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Motivasi harus
dilakukan pimpinan terhadap bawahannya karena adanya dimensi tentang pembagian
pekerjaan untuk dilakukan dengan sebaik-baiknya, bawahan sebetulnya mampu akan
tetapi malas mengerjakannya, memberikan penghargaan dan kepuasan kerja.
sebenarnya banyak pembahasan teori-teori motivasi, namun ada beberapa yang
cukup menonjol adalah antara lain sebagai berikut: Teori Maslow, mengenai
tingkatan dasar manusia yaitu: (a) kebutuhan fisiologi dasar, (b) keselamatan
dan keamanan, (c) cinta/kasih sayang, (d) penghargaan, (e) aktualisasi diri
(self actualization). Menggarisbawahi pendapat di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa bergabungnya seseorang dalam organisasi didorong oleh keinginan untuk
memenuhi kebutuhan, berupa penghasilan yang akan digunakan untuk mencukupi
kebutuhannya. Suasana batin (:psikologis) seorang karyawan sebagai individu
dalam organisasi yang menjadi lingkungan kerjanya tampak selalu semangat atau
gairah keija yang menghasilkan kegiatan kerja sebagai kontribusi bagi pencapaian
tujuan organisasi tempatnya bekerja.
e.Upah
upah atau gaji minimum yang tidak sesuai dengan peraturan pemerintah dapat
menyebabkan penurunan produktivitas kerja. Pengertian ini mengisyaratkan
bahwa keberadaannya di dalam suatu organisasi perusahaan tidak dapat diabaikan
begitu saja. Sebab, akan terkait langsung dengan pencapaian tujuan perusahaan.
upah yang rendah tidak dapat dipertanggungjawabkan, baik dilihat dari sisi
kemanusiaan maupun dari sisi kelangsungan hidup perusahaan. Secara teoritis
dapat dibedakan dua sistem upah, yaitu yang mengacu kepada teori Karl Mark dan
yang mengacu kepada teori Neo-klasik. Kedua teori tersebut masing-masing
memiliki kelemahan. Oleh karena itu, sistem pengupahan yang berlaku dewasa ini
selalu berada diantara dua sistem tersebut. Berarti bahwa tidak ada satupun
pola yang dapat berlaku umum. Yang perlu dipahami bahwa pola manapun yang akan
dipergunakan seyogianya disesuaikan dengan kebijakan remunerasi masing-masing
perusahaan dan mengacu kepada rasa keadilan bagi kedua belah pihak (perusahaan
dan karyawan). Besarnya tingkat upah untuk masing-masing perusahaan adalah
berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang
mempengaruhinya diantaranya, yaitu permintaan dan penawaran tenaga kerja,
kemampuan perusahaan, kemampuan dan keterampilan tenaga kerja, peranan
perusahaan, serikat buruh, besar kecilnya resiko pekerjaan, campur tangan
pemerintah, dan biaya hidup. Dilihat dari sistemnya pembelian upah
dapat dibedakan atas prestasi kerja, lama kerja, senioritas atau lama dinas,
kebutuhan, dan premi atau upah borongan
f. Tingkat pendidikan
Latar belakang pendidikan dan latihan dari tenaga kerja akan
mempengaruhi produktivitas, karenanya perlu diadakan peningkatan pendidikan dan
latihan bagi tenaga kerja. Pendidikan dan latihan dipandang sebagai suatu
invesatasi di bidang sumber daya manusia yang bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas dari tenaga kerja. Oleh karena itu pendidikan dan latihan
merupakan salah satu faktor penting dalam organisasi perusahaan. Pentingnya
pendidikan dan latihan disamping berkaitan dengan berbagai dinamika (perubahan)
yang terjadi dalam lingkungan perusahaan, seperti perubahan produksi,
teknologi, dan tenaga kerja, juga berkaitan dengan manfaat yang dapat
dirasakannya. Manfaat tersebut antara lain: meningkatnya produktivitas
perusahaan, moral dan disiplin kerja, memudahkan pengawasan, dan menstabilkan
tenaga kerja. Agar penyelenggaraan pendidikan dan latihan berhasil secara
efektif dan efisien, maka ada 5 (lima) hal yang harus di pahami, yaitu 1)
adanya perbedaan individual, 2) berhubungan dengan analisa pekerjaan, 3)
motivasi, 4) pemilihan peserta didik, dan 5) pemilihan metode yang
tepat. Pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja dapat
diklasifikasikan kepada dua kelompok, pertama, yakni pendidikan dan latihan
bagi tenaga kerja yang termasuk kepada kelompok tenaga kerja operasional,
kedua, pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja yang termasuk kepada kelompok
tenaga kerja yang menduduki jabatan manajerial. Untuk masing-masing kelompok
tenaga kerja tersebut diperlukan metode pendidikan yang berbeda satu sama lain
g. Perjanjian kerja
merupakan alat yang menjamin hak dan kewajiban karyawan. Sebaiknya ada
unsur-unsur peningkatan produktivitas kerja.
h. Penerapan teknologi
Kemajuan teknologi sangat mempengaruhi produktivitas,
karena itu penerapan teknologi harus berorientasi mempertahankan produktivitas
E.
Pengukuran Produktivitas Kerja
Pengukuran produktivitas kerja pada
dasarnya digunakan untuk mengetahui sejauhmana tingkat efisiensi dan
efektifitas tenaga kerja dalam menghasilkan suatu hasil kerja dalam sebuah
perusahaan. Semakin produktif tenaga kerja maka hasil pekerjaannya akan
terlihat baik. Sedangkan tingkat produktivitas dapat diukur dengan :
1. Penggunaan waktu :
Penggunaan waktu kerja yang digunakan tenaga kerja
untuk menghasilkan output dan sebagai alat ukur produktivitas kerja meliputi :
a. Kecepatan waktu kerja
b. Penghematan waktu kerja
c. Kedisiplinan waktu kerja
d. Tingkat absensi
2. Output yang dihasilkan:
Banyaknya output yang dihasilkan oleh tenaga kerja
juga digunakan sebagai alat ukur produktivitas kerja dimana semakin banyak
output yang dihasilkan pekerja maka produktivitas kerja dan tenaga kerja akan
semakin baik. Banyaknya output yang dihasilkan pun harus diikuti dengan
kualitas barang yang diproduksi.
Pengukuran produktivitas kerja
inilah yang digunakan sebagai sarana untuk menganalisa dan mengukur efisiensi
produksi. Selain itu juga digunakan untuk menentukan target pada produksi
berikutnya serta untuk menentukan upah tenaga kerja yang memproduksi barang
tersebut.
Tujuan dari pengukuran
produktivitas kerja itu sendiri yaitu untuk membandingkan pertambahan
hasil produksi dari waktu ke waktu, pertambahan pendapatan dari waktu ke waktu,
pertambahan kesempatan kerja dari waktu ke waktu, membandingkan jumlah hasil
sendiri dengan orang lain, serta komponen prestasi sendiri dengan prestasi
orang lain.
Produktivitas kerja juga dapat
diukur dengan menggunakan dua cara yaituPhysical Producivity dan Value
Productivity. Physical Productivity yaitu produktivitas
secara kuantitatif seperti ukuran (size), berat, panjang, berat, banyaknya
unit, waktu dan banyaknya tenaga kerja. Sedangkan Value
Productivity yaitu ukuran produktivitas dengan menggunakan nilai uang.
F.
Peningkatan
Produktivitas Kerja
Sebuah perusahaan atau sistem produksi lainnya menerapkan kombinasi
kebijakan, rencana sumber-sumber dan metodenya dalam memenuhi kebutuhan dan
tujuan khususnya. Kombinasi-kombinasi kebijakan ini dituangkan melalui dan
dengan bentuan faktor-faktor produktivitas internal dan eksternal. Pada
tingkat perusahaan, faktor-faktor tersebut hampir seluruhnya direflesikan
dalam sumber pokok, yakni: manusia dan bahan-bahan atau melalui :
|
Tenaga kerja
Manajemen dan organisasi
Modal pokok, bahan mentah
Contoh: Pengaruh faktor-faktor
seperti pendidikan dan latihan terlihat pada keahlian dan sikap pekerja.
Kemajuan teknologi dan litbang jika direalisasikan pada tingkat perusahaan
hanyalah melalui tenaga kerja trampil, perlengkapan serta manajemen yang lebih
baik, dengan kata lain melalui sumber-sumber manusia dan material.
Faktor-faktor lingkungan seperti siklus perdagangan, ekonomi skala serta
kondisi melalui tenaga kerja (pekerja lapangan dan pekerja kantor tata usaha
maupun manajemennya) dan modal.
Jadi peningkatan produktivitas
terutama berkaitan dengan tiga jenis sumber:
Modal (Perlengkapan, material, energi, tanah dan bangunan)
Tenaga
kerja.
Manjemen dan organisasi.
Salah satu area potensial tertinggi dalam peningkatan produktivitas adalah
mengurangi jam kerja yang tidak efektif. Lamanya buruh bekerja, dan proporsi
penempatan waktu yang produktif sangat tergantung kepada cara pengaturan,
latihan, pengaturan dan motivasinya. Beberapa penyelidikan menunjukkan bahwa
waktu yang produktif berkisar 25% sampai 30% sedangkan yang tidak produktif
karena kejelekan manajemennya kadang-kadang mencapai 50% lebih dan sisanya
disebabkan adanya pekerjaan yang sia-sia ataupun karena sikap pekerjaannya.
a. Struktur Waktu Kerja
Analisa dan studi yang berhati-hati terhadap semua komponen dan
penggunaan waktu yang tidak efektif menyebabkan manajemen dan
pengawasan mampu mengurangi sebab-sebab utama dari kerugian waktu serta
membantu merencanakan teknik-teknik peningkatan produktivitas bagi kepentingan
individu atau kelompok pelaksanaan.
b. Peningkatan Efektifitas Dari Waktu Kerja
Masalah berikutnya adalah cara melaksanakan teknik peningkatan
produktivitas menggunakan manajemen, penambahan material, perencanaan dan
organisasi kerja yang lebih baik, latihan dan pendidikan, kepuasan tugas serta
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas tenaga kerja maupun memanfaatkan
cadangan-cadangan.
Kesempatan utama dalam meningkatkan produktivitas
manusia terletak pada kemampuan individu sikap individu dalam bekerja serta
manajemen maupun organisasi kerja dengan kata lain, dalam mengkaji
produktivitas pekerja individual paling sedikit kita harus menjawab dari
pertanyaan pokoknya: mampukah buruh bekerja lebih baik dan tertarikkah pekerja
untuk bekerja lebih giat? Untuk menjawab kita harus mengecek dua kelompok
syarat bagi produktivitas perorangan yang tinggi.
Yang pertama
sedikitnya meliputi:
Tingkat pendidikan
dan keahlian.
Jenis teknologi
dan hasil produksi.
Kondisi kerja.
Kesehatan,
kemampuan fisik dan mental.
Kelompok kedua
mencakup:
Sikap (terhadap
tugas), teman sejawat dan pengawas).
Keaneka ragaman
tugas.
Sistem insentif
(sistem upah dan bonus).
Kepuasan kerja
keamanan kerja.
Kepastian
pekerjaan.
Perspektif dari
ambisi dan promosi.
Jadi setiap tindakan perencanaan peningkatan produktivitas individual
paling sedikit mencakup tiga tahap berikut ini:
1. Mengenai faktor makro utama bagi peningkatan produktivitas.
2. Mengukur pentingnya setiap faktor dan menentukan prioritasnya.
3. Merncanakan sistem tahap-tahap untuk meningkatkan kemampuan pekerja dan
memperbaiki sikap mereka sebagai sumber utama produktivitas.
c..Insentif (Perangsang)
Yang paling penting, program peningkatan produktivitas yang berhasil itu
ditandai dengan adanya andil yang luas dari keuangan dan tunjangan-tunjangan
lain diseluruh organisasi. Setiap pembayaran kepada perorangan harus ditentukan
oleh andilnya bagi produktivitas, sedangkan kenaikan pembayaran harus
dianugerahkan teruatama berdasarkan hasil produktivitas.
Untuk menjadi seorang motivator yang efektif pemberian bonus haruslah
dihubungkan secara langsung dengan tujuan pencapaian malalui cara yang
sederhana mungkin, sehingga penerima segera dapat mengetahui berapa rupiah yag
dia peroleh dari upayanya. Bentuk pemberian bonus yang berorientasi pada
penampilan adalah proyek pemberian bonus, dimana hasil kerja yang baik segera
diberi hadiah dengan bonus yang sesuai. Hal tersebut lebih aktif dibandingkan
menunggu berapa bulan tanpa pemberitahuan yang nyata sampai saat pemberian
bonus diakhir tahun ketika suasana “semua menrima” akan membuang semua pengaruh
motivasi selama tahun berjalan.
Penghargaan serta penggunaan motivator yang tepat akan menimbulkan suasana
kondutif atau berakibat kepada produktivitas yang lebih tinggi. Semua itu
mencakup sistem pemberian insentif dan usaha-usaha manambah kepuasab kerja
melalui sarana yang beraneka macam.
G.
Strategi Meningkatkan Sistem Produktivitas Perusahaan
Karena produktivitas merupakan rasio output terhadap penggunaan niput,
strategi peningkatan system produktivitas perusahaan dapat dilakukan melalui
lima cara berikut yang harus disesuaikan denga situasi dan kondisi perusahaan,
antaran lain :
1. Menerapkan Program Reduksi Biaya
Program reduksi biaya merupakan suatu program yang dilakukan oleh pihak
manajemen industri, di mana untuk menghasilkan output dengan kuantitas yang
sama, kita menggunakan input dalam jumlah yang lebih sedikit. Peningkatan
produktivitas melalui program reduksi biaya berarti: output tetap dibagi input
lebih sedikit. Melaksanakan program reduksi biaya tidak berarti bahwa komponen
biaya dikurangi secara pukul rata, katakanlah memotong biaya sebesar 10%.
Tidak demikian,
program reduksi biaya mengacu pada penghilangan biaya-biaya yang tidak perlu
atau penghilangan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas-aktivitas yang
tidak memberikan nilai tambah pada produk. Itu berarti bahwa program reduksi
biaya mengacu pada upaya menghilangkan pemborosan yang ada dalam system reduksi
itu.
2. Mengelola Pertumbuhan
Peningkatan produktivitas melalui pengelolaan pertumbuhan akan efektif apabila
permintaan pasar sedang meningkat, sehingga output yang diproduksi perlu
ditambah. Dalam situasi ini, peningkatan produktivitas dicapai melalui
peningkatan output dalam kuantitas yang lebih besar sesuai permintaan pasar
dengan meningkatkan penggunaan input dalam kuantitas yang lebih kecil. Jadi,
output meningkat lebih banyak, sedangkan input meningkat lebih sedikit. Program
peningkatan produktivitas melalui pengelolaan pertumbuhan, berarti bahwa suatu
investasi baru atau penambahan biaya yang dilakukan akan menghasilkan lebih
banyak output daripada investasi itu, sehingga angka rasio output terhadap
input akan meningkat. Peningkatan penggunaan modal atau capital dan teknologi,
desain ulang system produksi, peningkatan aktivitas pendidikan dan pelatihan
tenaga kerja, desain dan pengembangan organisasi, merupakan aktivitas-aktivitas
actual dalam mengelola pertumbuhan.
3. Bekerja Lebih Tangkas
“Anda tidak perlu menyuruh orang untuk bekerja lebih keras, karena mereka
telah bekerja keras, tetapi suruhlah mereka bekerja lebih tangkas”. Stratgi ini
dilakkan apabila permintaan pasar meningkat sehingga output perlu ditingkatkan,
namun peningkatan output itu dicapai melalui penggunaan input denga kuantitas
yang tetap, karena tenaga kerja telah bekerja lebih tangkas atau lebih cerdik.
Dengan demikian produksi meningkat sesuai permintaan pasar, namun tingkat
penggunaan input konstan (tetap dalam jumlah). Daalm kondisi ini juga akan
diperoleh biaya produksi per unit output yang lebih rendah. Penigkatan arus perputaran
inventori (inventory turnover ratio) dan perbaikan desain produk merupakan
aktivitas actual dari “bekerja lebih tangkas”. Perusahan-perusahaan Jepang juga
menerapkan strategi ini dalam meningkatkan produktivitas dari industry.
4. Bekerja Lebih Efektif
Peningktan produktivitas melalui penerapan strategi ini akan efektif
apabila permintaan pasar meningkat sehingga output perlu
ditingkatkan. Dalam strategi bekerja lebih efektif, penigkatan produktivitas
dicapai melalui pengkatan output sesuai pengkatan permintaan pasar dan
penurunan penggunaan input. Melalui bekerja lebih efektif, kita akan memperoleh
jumlah output dalam jumlah yang lebih banyak dengan menggunakan input yang
lebih sedikit
5. Mengurangi aktivitas
Dalam situasi perekonomian yang menurun, seperti dalam kondisi resesi
ekonomi, tingkat inflasi tinggi. Strategi penigkatan produktivitas melalui
pengurangan aktivitas akan sangat efektif. Strategi ini diterapkan dengan cara
mengurangi produksi serta menghilangkan atau menjual kemblai asset yang tidak
produktiv. Jadi, produktivitas perusahaan ditingkatkan melalui pengurangan
sedikit output sesuai dengan permintaan pasar dan mengurangi banyak input yang
tidak perlu.
H. Faktor
yang Mempengaruhi Penurunan Produktivitas
Pada umumnya penurunan produktivitas
kerja dalam sebuah perusahaan dapat disebabkan oleh :
1. Penghamburan pemakaian sumber daya dan ketidakmampuan manajemen dalam
mengukur , mengevaluasi dan mengukur produktivitas kerja dari tenaga kerja.
2. Pengiriman produk yang sering terlambat karena ketidakmampuan memenuhi
jadwal yang telah ditetapkan.
3. Terjadinya penundaan dan keterlambatan pengambilan keputusan karena
ketidakjelasan wewenang serta tidak efisiensinya proses produksi dalam suatu
perusahaan yang cukup besar.Adanya pertentangan dan hambatan-hambatan ,dan
tidak adanya kerjasama dalam memecahkan masalah yang menyebabkan
ketidakefektifan dalam bekerja sama dan partisipasi tenaga kerja.
4. Motivasi rendah, ketidak puasan dan kebosanan dalam bekerja yang diakibatkan
oleh semakin terspesialisasinya dan terbatasnya proses kerja , sistem pengakuan
dan penghargaan yang diberikan tidak berhubungan dengan produktivitas dan
tanggung jawab karyawan.
5. Adanya pertentangan, hambaan-hambatan dan tidak adanya kerjasama dalam
memecahkan masalah yang mengakibatkan ketidakefektifan dalam bekerja sama dan
partisipasi total karyawan.
6. Ketiadaan sistem pendidikan dan pelatihan bagi karyawan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang teknik-teknik peningkatan kualitas dan produktiitas
perusahaan.
7. Disiplin tentang waktu dikacaukan oleh karena adanya keinginan untuk
mempunyai waktu luang yang lebih banyak.
8. Kegagalan perusahaan untuk selalu menyesuaikan diri dengan tingkat
peningkatan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
I.
Ruang Lingkup Produktivitas
Paul Maili mengemukakan pandangan
terhadap produktivitas melalui ruang lingkup sebagai berikut:
1. Ruang Lingkup Nasional
Memandang negara secara keseluruhan. Disini
diperhitungkan faktor-faktor secara sederhana seperti buruh, capital,
manajemen, bahan mentah dan sumber lainnya sebagai kekuatan yang mempengaruhi
barang-barang ekonomi dan jasa. Lingkungan ini menggambarkan pengaruh seluruh
fakor menjadi satu daripada memisahkannya menjadi kelompok-kelompok tertentu.
2. Ruang Lingkup Indusri
Dalam hal ini faktor-faktor yang berhubungan dan
berpengaruh dikelompokkan kedalam industri yang sejenis misalnya industri
perdagangan, perhubungan, pertanian, dll.
3. Ruang Lingkup Perusahaan dan Organisasi
Pada suatu perusahaan atau organisasi akan terlihat
pengaruh hubungan antara beberapa faktor. Keluaran per jam orang dapat diukur
dan dibandingkan dengan perusahaan lain. Kemampuan, tingkat pengembalian modal,
pemenuhan anggaran dapat memberikan suatu ukuran bagaimana seluruh daya diolah
untuk menghasilkan keluaran tertentu. Dalam suatu organisasi, produktivitas
tidak hanya ditentukan oleh baik tidaknya tenaga kerja.
4. Ruang Lingkup Perorangan
Produktivitas kerja perorangan dipengaruhi oleh
lingkungan kerja serta peralatan yang digunakan, proses dan perlengkapannya.
Dalam hal ini timbul satu faktor yang mempengaruhi yang sulit diukur yaitu
motivasi. Motivasi sangat dipengaruhi oleh kelompok kerja lainnya dan alasan
mngapa seseorang melakukan pekerjaan tersebut.
Kesimpulan
1. Produktivitas kerja merupakan kondisi untuk mengukur tingkat kemampuan
dalam menghasilkan produk: individual, kelompok, dan organisasi. Produktivitas
ditentukan oleh dukungan oleh semua sumber daya organisasi yang dapat diukur dari
segi efektivitas dan efesiensi, yang difokuskan pada aspek-aspek: 1) hasil
akhir (produk nyata) yang dicapai: kualitas dan kuantitasnya 2) durasi atau
lamanya waktu yang digunakan untuk mencapai hasil akhir 3) penggunaan sumber
daya secara optimal 4) kemampuan beradaptasi dengan permintaan pasar atau
pengguna
2. Produktivitas dapat dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal
3. Penilaian produktivitas menitikberatkan pada upaya untuk memotret hasil
yang telah dicapai secara objektif, sebagai bahan dasar ketika dilakukan
pengukuran, sedangkan pengukuran kinerja lebih meneitikberatkan kepada upaya
untuk melakukan perbandingan antar hasil yang dicapai dengan rencana atau
standar yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian bias diketahui kadar
atau tingkat ketercapainnya, untuk kemudian
dijadikan feedback ataupu feedforward. Ketika pegawai mampu
menunjukkan hasil yangs sesuai atau sesuai target berarti mereka memiliki
produktivitas tinggi, sedangkan jika di bawah standar maka produktivitas mereka
dinilai rendah.
4. Strategi pembelajaran untuk membangun kinerja produktivitas yang dapat
dikembangkan dalam organisasi, sekurang-kurangnya harus memperhatikan
aspek-aspek berikut:Relevansi (internal dan eksternal), fleksibilitas,
kontinuitas, evektivitas, efesiensi, dan orientasi pada mutu, koordinasi dan
tersediannya system, monitoring dan evaluasi.
Daftar Pustaka
Cook, Samuel C, (1994). Modern Management, 6th. Edition,
Prentice Hall Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.
Robbins,Stephen P. & Mary Coulter, (1999). Management, Prentice
Hall International, Upper Saddle River, New Jersey.
Gray, Jerry m & Frederick A. Starke (1984). Organizational
Behavior, Concepts and Applications, Charles E. Merrill Publishing
Company, Columbus,
. Winardi (2005). Manajemen Perubahan (The
Management Of Change). KENCANA: Jakarta
Gasperesz Vincent, (2000). Manajemen
Produktivitas Total: Strategi Penigkatan Produktivitas Bisnis
Global. Jakarta: gramedia.
Kim, W. Chan, & Renee Mauborgne. (2006). Blue
Ocean Strategy. Cetakan ke-V. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta
Siagian, Sondang P (2002). Kiat Meningkatkan
Produktivitas Kerja, Jakarta: Rineka Cipta.
0 komentar:
Posting Komentar