Gunung Sibayak
adalah sebuah gunung yang terletak di dataran tinggi Karo kota Berastagi,
Sumatera Utara dimana ketinggiannya sekitar 2.096 dpl. Gunung ini juga sering
disebut oleh orang Batak karo dengan
sebutan “Gunung Raja” dan terakhir kali meletus pada tahun 1881. Dimana gunung
ini tidak begitu sulit untuk didaki oleh seorang pemula sekalipun karena jalan
untuk menuju puncak gunung tidak begitu sulit dikarenakan jalan yang sudah
sering dilewati oleh para pendaki.
Gunung ini
terlihat indah yang menjadikan daya tarik bagi para pengunjungnya. Pada umumnya
mata para pendaki akan dimanjakan oleh keindahan panorama alam menuju puncak
gunung ini. Untuk mencapai kaki gunung sibayak, jalan yang paling dekat adalah
melalui Desa Raja Berneh (semangat Gunung). Dimana di desa ini masih terlihat
pemandangan tradisional, berupa rumah-rumah adat Batak Karo yang sudah berusiatua sekitar 200 tahun.
Start..............!!!!
Kali ini
adalah cerita penjalanan saya dengan kawan-kawan sahabat Esky menuju puncak Gunung
Sibayak. Pagi yang cerah menjadikan kami lebih bersemangat dalam perjalanan
ini, sebelum keberangkatan kami selalu tidak lupa untuk doa bersama menurut
kepercayaan masing-masing dimana agar diberikan keselamatan dalam perjalanan
ini. Berangkat dari kota Medan menuju Berastagi, untuk sampe di kota Berastagi
kami harus menaiki bis borneo atau pun yang lainnya. Dalam perjalan menuju
berastagi kami lebih suka milih berada diatas bis ketimbang di dalamnya karena
dengan berada di atas, kami dapat bebas memanjakan mata melihat pemandangan
alam dalam perjalanan tanpa penghalang dan sedikit menantang.
sebelum
keberangkatan, kami sudah mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa baik itu
makanan/minuman, pakaian,obat-obatan, dan tenda karena kami berniat untuk bermalam disana. Sesampainya di kota
Berastagi, kami istirahat sejenak menghilangkan rasa cape dan mencairkan
kembali muka yang beku karena dinginnya. Untuk mencapai kaki gunung Sibayak
kami perlu sekali lagi menaiki angkot.
sesampainya di
kaki gunung, salah satu dari kami melapor ke posko untuk pendataan anggota yang
naik dan sekaligus pembayaran biaya retribusi. Pada saat itu waktu telah
menunjukkan jam 19.00, dimana setelah selesai azan sholat magrib kami mulai
bersiap-siap untuk memulai pendakian yang sebenarnya. Sebelum pendakian kami
tidak lupa untuk berdoa bersama-sama kembali.
Pendakian di
mulai..........!!!!
Dalam
perjalan, kami tidak bisa melihat panorama alam dikarenakan perjalanan malam
hari. Tetapi setidaknya kami bisa bercerita dan tertawa bersama untuk
menghilankan rasa cape dan ngantuk..
dan satu lagi rasa takuttt itu loh...,, karna pengalaman sebelumnya kami sudah
pernah jumpa sama si “keep smile” bukan cesar ea. Dalam perjalanan, jika salah
satu diantara kami ada yg merasa cape dan ingin istirahat, kami mempunyai satu
kode yg harus diucapkan yaitu “cocok kw rasa...” klo cocok baru istirahat, tp
aku pribadi msih kurang tau sich asal-muasal kode itu kapan
dipemberdayakannya.
Tidak terasa
perjalan sudah hampir 2 jam, berati kami butuh waktu kira-kira 1 jam lagi untuk
sampai di puncak gunung sibanyak. Hutan yang begitu gelap gulita dan suara yang
sunyi menjadikan rasa takut itu menjadi-jadi. Tiada cara lain untuk
menghilangkan rasa takut selain terus berbicara dan melihat arah ke depan saja
tanpa menoleh ketempat-tempat lain..
Akhirnya sampai juga kami di puncak Gunung sibayak dengan selamat,
walaupun salah satu diantara kami sudah ada yang setengah pingsan dan rasa cape
yang belum hilang juga. Sebagian diantara kami ada yang mendirikan tenda dan
yang lainnya memasak air panas utk dibuat minuman sekaligus masak indomi untuk
sarapan malam dan ini adalah kerjaan org dapur... kali ini ternyata kami kena
sial lagi, yaitu kami lupa membawa tempat untuk pemasak indomi (kuali), jadi
kami mw masak pake apa..? pake daun, sial... sial... ntah gara-gara siapa pun
ini. Kami cba untuk mencari pinjaman kepada pekemah yang lain, ternyata pada
saat itu Cuma kami saja yg kemah disana, tambah sial kuadrat lh jadinya. Dan
pada akhirnya ada juga pahlawan revolusioner diantara kami, dengan idenya
memasak indomie pake kaleng-kaleng,untung masih ada kaleng ea.. dan mungkin
dialah org pertama pencetus percobaan memasak indomie pake kaleng2. Sungguh
luar biasa, aku bangga punya kawan seperti dia... anak teknik di lawan....
wkwkwkwkkk...//
setelah seselai sarapan malam kami pun beranjak masuk ke tenda untuk tidur
malam dikarenakan besok pagi kami harus cepat-cepat bangun utk menyaksikan
matahari terbit dari upuk timur karena inilah salah satu yang ditunggu-tunggu
oleh para pendaki gunung pada umumnya.
Jam 06.00, kami pun bangun walaupun sebagian masih ada yang blum mw
bangun dan bahkan masih ngorok, yauda biarkan saja. Kami jalan menuju atas
bukit dan menunggu hingga matahari mulai terbit. Sungguh aneh kali ini kami
kena sial lagi, uda ditunggu- tunggu sampe 08.00, mataharinya belum nampak2
jga..., kmana hilangnya, ada yang nyuri ea..//
Ternyata pada saat itu terjadi kabut sehingga awan menutupi matahari
yang terbit dan ini memang sudah nasib kami mungkin. Jadi gk jadi dech foto2
nya............ padahal camera canon da dibawa, perdana pula itu cameranya naik
gunung.
Dan pada akhirnya kami putuskan untuk pulang saja, mungkin utk kali ini
nasib kami buruk tp yang paling penting adalah kami bisa selamat sampe pulang
ke kos masing2 karena kami anak kuliahan juga.
Untuk para sobat yang kepengen mencoba mendaki gunung sibayak, semoga
informasi dan cerita ini bermanfaat untuk klian...
wonderfull Indonesiaku.......!!!
0 komentar:
Posting Komentar